Beberapa pekan yang lalu, Indonesia heboh dengan foto-foto viral para abang Gojek ngantri mengular demi melaksanakan tugas menunaikan pesanan pelanggan membeli produk Mc.Donald, dan ini tidak terjadi di satu-dua gerai McD, namun hampir di seluruh gerai di Indonesia.
Usut punya usut, rupanya sedang ada menu khusus yaitu BTS Meal hasil kerjasama McD dengan BTS.
BTS yang juga dikenal sebagai Bangtan Boys, adalah sebuah boy band beranggotakan tujuh orang asal Korea Selatan yang dibentuk oleh Big Hit Entertainment, yang kini telah menjadi Boyband kelas dunia.
Sebagai marketer, penting kiranya kita mempelajari mengapa para ARMY (fans) nya BTS sampai se ‘gila’ itu demi mendapatkan BTS Meal ? bahkan rela bayar mahal , nunggu ber jam-jam dan mencari wadah bekasnya yang dijual ulang di marketplace, gila memang.
Nah ..mari kita coba pelajari apa yang terjadi dari kacamata marketing.
Setelah heboh BTS Meal, banyak pakar marketing yang mengupas ke’gila’ an para ARMY ( fans) nya BTS sebagai sebuah keberhasilan strategi ‘evangelism marketing’ , mahluk seperti apa sih evangelism itu ? kita ambil contoh yang paling mudah difahami menurut saya yah , yang dibahas di glints.com .
Dalam dunia pemasaran, terdapat istilah “evangelism marketing” yang dapat sangat menguntungkan sebuah brand tanpa perlu mengeluarkan begitu banyak usaha.
Teknik ini bisa dikatakan sebagai impian dari semua tim marketing yang ada di luar sana.
Bagaimana tidak, perusahaan tempat mereka bekerja hanya perlu membuat produk berkualitas tinggi, lalu membiarkan orang lain menyebarkan kabar baik seputar produk tersebut.
Reputasi produk dan brand diasosiasikan dengan hal-hal baik, lalu mereka bisa mengarahkan fokus ke hal lain yang mungkin lebih penting.
Untuk memahami lebih dalam, simak artikel ini lebih lanjut, yuk!
Apa Itu Evangelism Marketing?
Evangelism marketing biasa disamakan dengan pemasaran word of mouth (dari mulut ke mulut), yang memanfaatkan pelanggan sebagai “agen pembawa kabar baik”.
Melansir Marketing Schools, evangelism marketing bergantung pada pelanggan setia yang menyebarkan pesan-pesan pemasaran ke calon pelanggan lainnya.
Contohnya begini, ada perempuan bernama Anisa yang pergi ke restoran “Nikmat Rasa”. Ia menyukai makanan yang disajikan dan juga pelayanan yang diberikan di sana.
Alhasil, ia merekomendasikannya ke kerabat dekat atau bahkan meng-upload di media sosial mengenai restoran tersebut.
Nah, orang-orang yang menjalankan teknik pemasaran ini disebut sebagai brand evangelist.
Mereka merupakan pelanggan setia yang memiliki hubungan spesial dengan sebuah brand, sehingga rela melakukan sebuah usaha untuk mempromosikan produknya.
Berbeda dengan influencer yang diberi reward untuk melakukan promosi, brand evangelist ini melakukannya secara sukarela karena puas dengan apa yang mereka dapatkan.
Meskipun sering disamakan dengan word of mouth marketing, teknik ini sebenarnya sedikit berbeda.
Istilahnya, orang-orang yang menjalankannya memiliki keterkaitan yang lebih dalam dengan brand yang sedang disebarluaskan.
Evangelism marketing dijalankan oleh orang-orang yang memiliki asosiasi dari level emosional, sehingga tidak akan berpaling ke produk lain meskipun harganya lebih murah.
Bisa dikatakan brand loyalty-nya cukup tinggi, karena sudah percaya dengan produk-produk yang ditawarkan oleh brand tersebut.
Strategi yang Bisa Digunakan
Untuk menjalankan evangelism marketing, tentu kamu membutuhkan para evangelist.
Nah, orang-orang ini akan datang tentu saja kalau produk dan layanan yang ditawarkan memang sudah baik dari sananya.
Jadi, terus dengarkan feedback dari pelanggan dan utamakan kepuasannya. Alhasil, brand loyalty akan meningkat dan mereka pasti secara otomatis menyebarkan kesan-kesan baik kepada calon pelanggan lainnya.
Kalau ingin cara mudah, kamu juga bisa meminta teman satu tim atau karyawan lain di perusahaan untuk menjadi brand evangelist dan mempromosikan produk ke khalayak ramai.
Jadi memang, untuk menikmati hadirnya brand evangelist dan menjalankan evangelism marketing itu bukan perkara mudah, perlu perjalanan yang panjang dan jaminan kualitas serta layanan yang sudah harus baik sebelum melangkah ke hal lainnya.
Jika kualitas dan layanan sudah baik, tahap selanjutnya baru bisa dilaksanakan yakni menyiapkan strategi yang pas untuk menemukan para brand evangelist kita dan menjalankan strategi evangelism marketing.