Menulis adalah menuangkan gagasan dan buah pikiran kita kedalam bentuk tulisan. Bagi seorang yang berprofesi sebagai penulis, menulis bagaikan makan kerupuk yang tidak butuh tenaga lebih untuk mengunyahnya, namun lain halnya untuk orang ‘awam’ yang tidak terbiasa menulis , menulis satu kalimat saja susahnya minta ampun, bagai mengunyah kerikil yang entah kapan bisa berhasil.

Namun ternyata, menulis marupakan sebuah keterampilan yang bisa dipelajari. Ada deskripsi, ada definisi, ada teori ,  artinya ini merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Maka, menulis merupakan keterampilan yang bisa dipelajari. Paradigma jika menulis hanya bakat, berkah, atau hanya bisa dilakukan segelintir orang adalah keliru.

Nah bagi kita, saya khususnya hehe ..sebagai orang yang berkutat di dunia marketing komunikasi menulis adalah sebuah keniscayaan. Tanggungjawab besar kami adalah bagaimana menjaga dan menaikan reputasi perusahaan, selain aktivasi brand dalam bentuk event, tulisan adalah senjata utama yang wajib diperhitungkan dalam perang reputasi saat ini.

Nah, tepat pada tanggal 30 September 2021 Syaamil Group me-Launching KOMBES ( Komunitas Blogger Syaamil). Bagai kawah candradimuka, kombes menjadi wadah bagi karyawan yang ingin mempelajari dan memperdalam ilmu kepenulisan. Selain sebagai wadah pengembangan diri karyawan, KOMBES juga berperan untuk menjaga reputasi entitas dan perusahaan, termasuk reputasi brand-brand yang ada di dalamnya. Tak ketinggalan, KOMBES juga bisa menjadi ladang eksis kita sebagai individu.

Baru pembukaan, KOMBES sudah berhasil membuka gembok mental yang selama ini menjadi penghalang saya untuk menulis. Kata-kata yang langsung menancap dikepala adalah ‘Menulislah dengan hati, kemudian koreksi dengan pikiran. Tafsir sederhananya adalah tulislah dahulu apa yang terlintas di otak, terbersit dihati tak usah hiraukan yang lain, setelah jadi barulah koreksi dan edit dengan baik berlandaskan pakem-pakem teori kepenulisan yang berlaku.

Cerita-cerita menari tentang KOMBES , bisa dinikmati di  tauntan ini https://syaamilgroup.id/berita/syaamilgroup/

Akhirnya, ingatanpun kembali  memutar kata-kata guru kehidupan dan tokoh literasi yang abadi hingga kini tentang mengapa kita harus menulis;

“Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.” (Imam al-Ghazali)

“Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib)

“Tinggalkan jejakmu pada dunia dengan torehan kata; tinta, lisan dan pedang.” (Nadhya Shafwah)

Sangat gamblang, ihwal mengapa kita mesti menulis adalah lantaran amatlah besar kemaslahatan yang didapat. Untuk diri sendiri, masyarakat maupun umat. Menulis adalah salah satu tirakat kita mengkaji rasa: belajar peka terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kita atau melatih membuka hati tatkala mata menerawang semesta.

Selain itu, menulis pula sama halnya seperti guru, ikut serta melestarikan ilmu pengetahuan dan menyumbang gagasan–bahkan cara tersebut lebih muzarab dan mudah dimamah dengan mudah oleh khalayak publik nun di manapun mereka berada (Tasori MT).

KOMBES dan kata-kata dari guru-guru diatas sudah cukup untuk memecut diri agar mulai menulis, menuangkan rasa mengikat makna, khususnya bagi saya, nah …bagaimana dengan anda ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *